Makanan Khas Sangihe

Jumat, 12 September 2014

MAKANAN KHAS SANGIHE
Kalau bicara soal makanan, mirip-mirip Manado yang berlimpah makanan enak, naaahh di Sangihe juga sama.  Kue-kue nya bisa dibilang hasil adopsi dari Manado, ada juga sagu yang diisi gula merah. Dimakan sewaktu masih panas… wuiiihhh!! Selain makanan kecilnya, ada juga mi khas Sangihe yang resepnya diturunkan dari generasi ke generasi, namanya Mi Ce. Mi ini tidak halal karena mengunakan daging babi. Porsinya pun terbagi atas satu dan setengah, yang membuat saya menyesal sudah memesan porsi satu. Banyaknya nggak tanggung-tanggung. Asal nama Mi Ce adalah Mi Cina, karena memang resepnya dipegang oleh keluarga Cina Sangihe.


Kali ini kita ke Tamako. perjalanannya sekitar 1 jam lebih. Setelah pengobatan dijamu makan siang dengan menu yang bikin ngiler. .
Ada ikan bakarnya, ikan kuahnya, cumi dan yang selalu tidak ketinggalan ubi yang selalu ada di setiap meja makan.
Disini sambil melihat juga proses pembuatan panada ubinya. Ternyata ubinya setelah dikupas, diparut dan diperas dengan air kemudian dicampur tepung biasa seperti membuat panada.

Mengenal Adat Istiadat Sangihe

ADAT ISTIADAT SANGIHE
Kepulauan Sangihe termasuk ke dalam Provinsi Sulawesi Utara.
Tahun 2012 ini, pemerintah daerah di sana baru pertama kali menggelar acara budaya untuk anak-anak yang unik dan istimewa. Acara tersebut dinamakan Festival Anak Sangihe 2012.
Festival Anak Sangihe diadakan selama 5 hari, dari tanggal 24 hingga 28 Januari 2012. Tempatnya di Kota Tahuna,  ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Festival ini dikuti anak-anak perwakilan dari 9 pulau di wilayah Kepulauan Sangihe. Seperti dari Pulau Beeng Darat, Pulau Enggohe, Pulau Lipang, Pulau  Nanedakele, Pulau Para, Pulau Kalama, Pulau Batuwingkung, Pulau Kawio, dan Pulau Matutuang.
Pentas budaya dalam Festival Anak Sangihe 2012 (FAS). Foto: Dokumentasi FAS/Indonesia Mengajar.
Festival Anak Sangihe, menampilkan ajang kreatifitas dan seni dari anak-anak Kepulauan Sangihe.
Selain sebagai ajang menjalin persahabatan antar anak kepulauan, acara ini juga menampilkan berbagai pameran foto, pameran hasil karya anak, serta pentas budaya yang dibawakan oleh anak-anak pulau.
Wah, rame dan seru sekali, lo. Sorak gembira terdengar riuh ketika sembilan kontingen dari sembilan pulau naik ke panggung untuk menampilkan atraksi dari daerahnya.
Ada yang menampilkan tari-tarian dan nyanyian, seperti tari upase, tari cakalele,  tari makarumpang, umpat wayer, masamper, tari nelayan, seni suara, dan lainnya.
Selain menyelenggarakan pameran dan pentas budaya, mereka juga diajak melakukan kunjungan.
Mulai dari kunjungan ke markas KODIM 1301 Sangihe Talaud, ke stasiun RRI Tahuna, ke markas TNI Angkatan Laut Sangihe, ke rumah sakit Liun Kendage Tahuna, ke rumah dinas Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe, hingga mengikuti karnaval budaya dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Pada acara puncak, semua peserta diajak untuk menggambar bersama serta membuat hasil karya dari bahan-bahan bekas untuk saling ditukar antar teman.
Tarian Empat Wayer
KERINDUAN perantau Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), terutama dari daerah Kepulauan Nusa Utara, yang ada di Provinsi Kepri, kepada kampung halamannya terobati pada Sabtu malam, (26/2/2011) pukul 17.00 WIB, di Sport Hall Tumenggung Abdul Jamal, Batam.
Muda-mudi menarikan tarian Masamper Empat Wayer, di Sport Hall Tumenggung Abdul Jamal, Batam, Sabtu (26/ 2/ 2011). F Suprizal Tanjung
Perantau Kepulauan Nusa Utara yang terdiri dari tiga daerah yaitu, Kabupaten Sangihe, Kabupaten Talaud, dan Kabupaten Siau Tagulandang dan Biaro (Sitaro) itu, memenuhi gedung olahraga kebanggan warga Batam tersebut.
Hadir di acara tersebut, Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil, Bupati Kabupaten Sangihe Winsu Salindeho, Bupati Kabupaten Sitaro Tony Supit, Wakil Bupati Sitaro Pitkuera, Bupati Talaud Constant Ganggali, ketua dan anggota DPRD se-Kepulauan Nusa Utara.
Sesuai dengan rencana, Pagelaran Seni dan Budaya Kepulauan Nusa Utara yang mendatangkan 400 seniman Sanger itu benar-benar berisikan atraksi seni berkualitas dari daerah yang dulu bernama Kabupaten Sangihe Talaud tersebut.
Beberapa pentas seni yang sangat pantas dikenang adalah tarian Masamper Empat Wayer. Pada tari ini, ada tujuh pasangan muda mudi dan diketuai satu cewek cantik. Mereka yang berpakaian pesta ala Cinderella itu bergerak dinamis, anggun, dan penuh wibawa. Muda mudi cantik dan ganteng tersebut lantas bergerak dan perputar bagai memecah gelombang laut. Suitan panjang, tepuk tangan membahana, tak henti saat mereka beraksi.
Hal yang sama juga terjadi ketika vocal grup Masamper yang terdiri dari sekitar 15 laki-laki, yang diketuai satu pemuda, tampil percaya diri membawakan lagu-lagu khas Sanger. Tarian Syalo, tari perang dari Sanger tak lupa dipersembahkan kepada perantau Sulut ketika itu.
Tari Bonceng, yang hampir mirip dengan tari Empat Wayer, mendapat respon positif para perantau. Sekitar 10 pasang penari bergerak lincah. Mereka diketuai seorang penari lelaki berbadan besar dan kekar. Namun, lelaki (ketua) inilah yang menjadi bintang malam itu. Meski besar dan kekar, lelaki ini mampu bergerak lincak, meliuk-liuk seperti Inul Daratista. Lagi-lagi, gedung besar itu pecah dengan suara, suitan, dan tepuk tangan penonton.
Pada penghujung acara, Bupati Kabupaten Sangihe Winsu Salindeho menunjukkan kemampuannya memimpin okestra musik bambu khas Sanger.
Sementara itu, Wagub Sulut Djouhari Kansil, menyebutkan, potensi laut di Sulut dan Kepri sangat luar biasa. Perantau Sulut harus kompak, penuh kasih sayang membangun investasi di Kepri dan Sulut.
Mari kita bangun kebersamaan, mari torang baku sayang, baku jaga, dan jangan baku congkel (menjatuhkan, red),” papar Wagub.
Wagub memintar perantau Sulut yang mempunyai hubungan ekonomi dengan pengusaha nasional dan internasional, diminta untuk mempromosikan Kepulauan Nusa Utara, dan Sulut pada umumnya..


Cantiknya Gadis Berbaju Adat Lakutepu di Sangihe
Pecinta budaya dapat merasakan kearifan lokal di Sangihe, Sulawesi Utara. Anda bisa berfoto menggunakan baju adat khas Suku Sangir yang biasa disebut Lakutepu. Perempuan yang berbusana Lakutepu tampak cantik sekali!

Apabila Anda bosan menggunakan baju modern dan ingin menikmati wisata budaya Indonesia, Anda bisa menikmati wisata budaya suku Sangir di Pulau Sangihe Besar. Suku sangir adalah suku yang mendiami Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Suku ini pada dasarnya sudah mengalami modernisasi, namun kita dapat menikmati beragam budayanya tanpa ada kata bosan.
Budaya yang biasanya disajikan Suku Sangir adalah upacara penyambutan Tarian Cakalele ala suku Sangir, yaitu upacara penyematan kepada tamu menggunakan anggrek endemik Sangihe, anggrek macan. Anda juga akan disuguhkan tarian khas Sangir yaitu tari Empat Wayer.
Bagi para pecinta budaya, dapat berpose menggunakan baju adat khas Suku Sangir yang biasa disebut Lakutepu. Lakutepu untuk wanita merupakan sepasang rok dan baju, sedangkan untuk laki-laki seperti gamis panjang sampai menutupi mata kaki.

Lakutepu umumnya berwarna cerah seperti warna merah, oranye, kuning, dan ungu cerah. Terdapat hiasan manik-manik berwarna emas pada Lakutepu di bagian leher, tangan, pinggang, dan di bagian ujung rok.


MASAMPER PATO PATO SANGIHE
Tarian Masamper dikenal juga dengan sebutan tarian pato-pato.Tarian ini merupakan Tarian Khas Daerah Sangihe Talaud. Tari Masamper adalah sebuah seni menyanyi dan menari khas masyarakat Sangihe Talaud, Sulawesi Utara.
Tari Masamper dibawakan oleh kelompok penari sekaligus penyanyi. Setiap kelompok diberi aba-aba oleh seorang pemimpin yang disebut “Pangantaseng” .
Tarian ini dinyanyikan oleh sekelompok orang dengan formasi utama menghadap ke satu arah, yakni ke arah penonton sambil menari di tempat. Tarian ini sangat mengedepankan pada seni menyanyi. Ada banyak nyanyian yang dinyanyikan, di antaranya Bawowo, Kakalanto, dan Kakulumpang.
Lagu yang dibawakan tidak melulu bercerita mengenai hubungan manusia dan manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan dan alam sekitar.Kesenian Masamper umumnya dibawakan dalam acara seperti upacara adat, perayaan hari keagamaan, pesta pernikahan, dan hari ulang tahun.
Pangantaseng bertugas memeberikan aba aba kepada anggota anggota yang lain, gerakan dan lagu apa yang dibawakan. Peserta Masamper wajib menguasai banyak lagu masamper sekaligus karena kesenian ini dibawakan secara estafet atau nonstop.
Masamper biasanya dibawakan secara spontanitas dan sering berlangsung semalam suntuk. Tidak ada satu lagupun yang diulang dalam menari masamper. Di beberapa tempat, kesenian ini masih terpelihara dengan baik.
Banyak event lokal yang dimeriahkan dengan atraksi menarik rentak tari dan lagu Masamper. Terutama pada ulang tahun Kota ataupun pada Natal atau Tahun baru. Ada semacam tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang, yaitu berkunjung ke rumah-rumah yang dilakukan oleh kelompok kesenian masamper. Di setiap rumah yang disinggahi, kelompok tersebut akan membawakan setidaknya lima buah lagu Masamper.
Pagelaran Masamper Massal dalam rangka memperingati HUT ke-62 RI pernah memecahkan Rekor MURI. 20 Group Masamper yag berasal dari Sekitar Wilayah Sangihe itu menyanyikan 2029 lagu.



TAMO, Kuliner Tradisi Kepulauan Sangihe

Setelah selesai  diolah maka  tamo siap  di cetak  dalam  sebuah cetakan  dari bahan  alami  yaitu  bulu.


Cetakan  tamo
1.     Konstruksi  tamo
Tamo  memiliki unsur utama  yaitu  badan  tamo, ditambah  asesoris  pada  badan  tamo berupa  udang (dimasa lalu) dibagian  dasar diletakan bermacam – macam makanan  khas  sangihe.Pada  mulanya dibagian pucuk  tamo diletakan telur yang  melambangkan kehidupan  baru (sesuai  dengan  cerita manusia  mula-mula dalam  cerita gumansalangi) Sesudah perang  kemerdekaan maka symbol  telur  diganti  dengan  bendera negara merah putih, tahun 20006  tidak lagi  menggunakan  bendera pada  pucuk  tetapi  bunga  atau  telur.



Model  rancangan tmo karya  Bpk. Yakob,imam mesjid Islam tua Kampung  Lenganeng dan  tata  rias oleh  Alffian  Walukow.








Musik Bambu Tradisional Masyarakat Kepulauan Sangihe


Meski dari kejauhan, namun alunan suara musik sudah terdengar merdu. Lengking suling, berpadu dengan bunyi trompet serta sesekali diselingi nada rendah dari bunyi bas sangat menggugah perasaan. Sekilas terdengar seperti paduan musik militer, namun suaranya lebih halus. Itulah musik bambu (tiup), khas masyarakat Kepulauan Sangihe Talaud Sulawesi Utara.
Konon masyarakat Sangihe Talaud telah mengenal musik bambu tradisional ini sejak abad 1700-an. Semula sebagai alat hiburan bagi warga masyarakat petani setelah seharian melakukan aktivitas sebagai petani yang biasanya dibunyikan setelah selesai makan malam. Tapi saat ini, dengan berbagai penyempurnaan, musik bambu telah menjadi musik bergengsi untuk acara-acara tertentu termasuk untuk menyambut tamu-tamu penting.
Salah satu ciri khas dari musik bambu tradisional Sangihe Talaud adalah semua peralatannya terbuat dari bambu.
Menurut Aris Taasiringan, yang pernah memimpin grup musik bambu di desa Moronge Talaud, bunyi dari peralatan dari bambu lebih halus dibanding bunyi yang dihasilkan dari alat tiup terbuat dari logam. Selain itu, dengan bahan bambu pembuatan alat tiup relatif lebih mudah sebab dapat dikerjakan sendiri dengan peralatan sederhana.
Dulu model alat tiup sangat sederhana, tapi belakangan seiring dengan kemajuan bentuknya peralatan dapat dibuat dengan model beraneka ragam. Ada yang meniru bentuk trompet musik tentara, ada dibuat melingkar-lingkar, tergantung kreasi masyarakat,” kata dia. Karena itu dalam perlombaan, tidak hanya keindahan bunyinya yang dinilai, tapi juga artistik peralatannya,” lanjut dia.
Komposisi Peralatan
Biasanya satu grup musik bambu tradisional terdiri dari beberapa alat tiup, yakni, suling kecil, suling besar, korno nada tinggi (terdiri dari tiga jenis yakni, re-mi-fa, do-si-la, dan korno sol).
Lalu ada korno nada rendah yang terbagi sama dengan korno nada tinggi. Korno berfungsi sebagai pengiring melodi yang dimainkan oleh suling kecil, dan juga klarinet. Sedangkan suling besar yang mengikuti irama suling kecil berfungsi sebagai penghalus nada sehingga terdengar lembut.
Lalu, ada trombone (sexaphone) “kontra bas” dan “bas” yang dimainkan layaknya pada musik tiup pada umumnya. Paulus Londo


keindahan budaya sangihe

TULUDE atau MENULUDE berasal dari kata :Suhude yang berarti tolak Tulude yang berarti hentar atau lepaskan Menulude berarti menghentar atau melepaskan Maksud Acara Adat MENULUDE ialah Memuja / Memuji DUATA / RUATA, Mengucap syukur atas perlindungan Genggonalangi, Memohon doa agar kehidupan mendatang itu dilindungi oleh Genggonalangi.
Menulude adalah salah satu upacara adat Sangihe yang dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari (31 Januari yang sekaligus merupakan Hari Ulang Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe) untuk mensyukuri berkat Tuhan pada tahun lampau dan memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun baru. Dalam upacara ini perlu hadir sesepuh adat atau Pemerintah bersama seluruh rakyat. Adapun tata upacara menulude dimaksud adalah :
Upacara penjemputan para sesepuh adat (Pemerintah) Mendangeng sake (Sastra Daerah bermakna mempersilahkan tamu naik rumah adat) Menahulending Benua dan Pemerintah (Doa restu dan mohonpengampunan) Sasalamate (Syukuran dan pujian) Memoto Tamo (Pemotongan Kue Adat) Pesta rakyat dengan menampilankan atraksi kesenian daerah.


Musik Oli
Musik Oli merupakan musik tradisional Sangihe dan saat ini masih dimainkan oleh masyarakat di Desa Manumpitaeng Kecamatan Manganitu. Musik ini sering .
dipakai untuk mengiringi Tari Lide.
Musik Oli terdiri dari 5 jenis alat musik, yaitu Sasaheng, Oli, Arababu, dan Bandi (foto : Yayasan Sampiri)

Musik Bambu melulu merupakan kesenian yang sudah merakyat dan berkembang disemua Kecamatan dan menjadi sajian yang menarik untuk dinikmati oleh wisatawan. Adapun alat-alatnya
terdiri dari : Suling (Suling kecil,sedang dan besar) Korno (korno sol-la, mi-fa, si-do) Bambu tengah (mi-fa, so-la) Trambone (so-la, mi-fa) Saksafon Trompet Bas Tambur Musik ini dapat membawakan semua lagu dengan segala irama.






Tari Gunde
Tari Gunde umunya diadakan pada saat upacara penyembahan dan menolakkan bala yang dikenal dengan menahulending. Sehingga tari Gundeberfungsi sebagai tarian pemujaan. Penarinya terdiri dari sekelompok orang yang berjumlah 13 orang termasuk seorang pemimpin tari (pengataseng) .
dengan diiringi oleh bunyi irama tabuhan tagonggong dengan menggunakan beberapa jenis irama lagu(lagung) yaitu lagung bawine, lagung balang. Lagung sasahola, lagung kakumbaede.Tari gunde diiringi oleh Beberapa orang yang menabuh Tagonggong serta lagu sasambo dengan menggunakan kain asli kofo yang dibuat dari serat pisang.




Tari Alabadiri
Tari Alabadiri adalah tarian yang diciptakan oleh Raja DALERO seorang Raja Tabukan saudara dari PANDIALANG pada abad ke 18. Pada saat itu PANDIALANG menjadi seorang Jogugu di Sahabe, dan ia mencipakan Tari Ransang Sahabe artinya .,
Tarian dari Sahabe. Pada mulanya para penarinya adalah para pengawalnya sendiri sehinggah tari ini adalah tari pengawal.
Tari ini mempunyai 8 (delapan) gerakan tari yaitu :
Gerakan kulubalang melambangkan kerukunan dan kerja sama rakyat dan pemerintah.
Gerakan tokting melambangkan bahwa segala peraturan dapat ditaati dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Gerakan cincin melambangkan tanda peringatan bahwa para pemimpin harus melaksanakan tugas kewajiban dengan baik.
Gerakan pisau melambangkan rakyat bersumpah bela nusa dan bangsa, serta memberi peringatan pada pemimpin yang tidak jujur.
Gerakan kaliau di telinga melambangkan bahwa segala perintah selalu didengar dan dilaksanakan
Gerakan kaliau di lutut melambangkan bahwa Pemerintah dicintai rakyat.
Gerakan Menari melambangkan kegembiraan masyarakat atas keberhasilan yang dicapai .
Gerakan mengaemba melambangkan sukacita rakyat dengan adanya pemerintah.




Tari Salo
Tari Salo adalah Tarian yang menggambarkan kekesatriaan kepahlawanan serta kejujuran, demi keadilan menyerahlah tubuh dan jiwa sampai titik darah yang terakhir setia membela Pemerintah, Bangsa dan Negara. Tarian ini sering ditarikan oleh .
( masyarakat di Desa Salurang).


Reserved by : Stevany Pandermol

Stevany Pandermol Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino