Hadir
di acara tersebut, Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil, Bupati
Kabupaten Sangihe Winsu Salindeho, Bupati Kabupaten Sitaro Tony
Supit, Wakil Bupati Sitaro Pitkuera, Bupati Talaud Constant Ganggali,
ketua dan anggota DPRD se-Kepulauan Nusa Utara.
Sesuai
dengan rencana, Pagelaran Seni dan Budaya Kepulauan Nusa Utara yang
mendatangkan 400 seniman Sanger itu benar-benar berisikan atraksi
seni berkualitas dari daerah yang dulu bernama Kabupaten Sangihe
Talaud tersebut.
Beberapa
pentas seni yang sangat pantas dikenang adalah tarian Masamper Empat
Wayer. Pada tari ini, ada tujuh pasangan muda mudi dan diketuai satu
cewek cantik. Mereka yang berpakaian pesta ala Cinderella itu
bergerak dinamis, anggun, dan penuh wibawa. Muda mudi cantik dan
ganteng tersebut lantas bergerak dan perputar bagai memecah gelombang
laut. Suitan panjang, tepuk tangan membahana, tak henti saat mereka
beraksi.
Hal
yang sama juga terjadi ketika vocal grup Masamper yang terdiri dari
sekitar 15 laki-laki, yang diketuai satu pemuda, tampil percaya diri
membawakan lagu-lagu khas Sanger. Tarian Syalo, tari perang dari
Sanger tak lupa dipersembahkan kepada perantau Sulut ketika itu.
Tari
Bonceng, yang hampir mirip dengan tari Empat Wayer, mendapat respon
positif para perantau. Sekitar 10 pasang penari bergerak lincah.
Mereka diketuai seorang penari lelaki berbadan besar dan kekar.
Namun, lelaki (ketua) inilah yang menjadi bintang malam itu. Meski
besar dan kekar, lelaki ini mampu bergerak lincak, meliuk-liuk
seperti Inul Daratista. Lagi-lagi, gedung besar itu pecah dengan
suara, suitan, dan tepuk tangan penonton.
Pada
penghujung acara, Bupati Kabupaten Sangihe Winsu Salindeho
menunjukkan kemampuannya memimpin okestra musik bambu khas Sanger.
Sementara
itu, Wagub Sulut Djouhari Kansil, menyebutkan, potensi laut di Sulut
dan Kepri sangat luar biasa. Perantau Sulut harus kompak, penuh kasih
sayang membangun investasi di Kepri dan Sulut.
”Mari
kita bangun kebersamaan, mari torang baku sayang, baku jaga, dan
jangan baku congkel (menjatuhkan, red),” papar Wagub.
Wagub
memintar perantau Sulut yang mempunyai hubungan ekonomi dengan
pengusaha nasional dan internasional, diminta untuk mempromosikan
Kepulauan Nusa Utara, dan Sulut pada umumnya..
Cantiknya
Gadis Berbaju Adat Lakutepu di Sangihe
Pecinta
budaya dapat merasakan kearifan lokal di Sangihe, Sulawesi Utara.
Anda bisa berfoto menggunakan baju adat khas Suku Sangir yang biasa
disebut Lakutepu. Perempuan yang berbusana Lakutepu tampak cantik
sekali!
Apabila
Anda bosan menggunakan baju modern dan ingin menikmati wisata budaya
Indonesia, Anda bisa menikmati wisata budaya suku Sangir di Pulau
Sangihe Besar. Suku sangir adalah suku yang mendiami Kepulauan
Sangihe, Sulawesi Utara. Suku ini pada dasarnya sudah mengalami
modernisasi, namun kita dapat menikmati beragam budayanya tanpa ada
kata bosan.
Budaya yang biasanya disajikan Suku Sangir adalah
upacara penyambutan Tarian Cakalele ala suku Sangir, yaitu upacara
penyematan kepada tamu menggunakan anggrek endemik Sangihe, anggrek
macan. Anda juga akan disuguhkan tarian khas Sangir yaitu tari Empat
Wayer.
Bagi para pecinta budaya, dapat berpose menggunakan baju
adat khas Suku Sangir yang biasa disebut Lakutepu. Lakutepu untuk
wanita merupakan sepasang rok dan baju, sedangkan untuk laki-laki
seperti gamis panjang sampai menutupi mata kaki.
Lakutepu
umumnya berwarna cerah seperti warna merah, oranye, kuning, dan ungu
cerah. Terdapat hiasan manik-manik berwarna emas pada Lakutepu di
bagian leher, tangan, pinggang, dan di bagian ujung rok.
MASAMPER
PATO PATO SANGIHE
Tarian
Masamper dikenal juga dengan sebutan tarian pato-pato.Tarian ini
merupakan Tarian Khas Daerah Sangihe Talaud. Tari Masamper adalah
sebuah seni menyanyi dan menari khas masyarakat Sangihe Talaud,
Sulawesi Utara.
Tari
Masamper dibawakan oleh kelompok penari sekaligus penyanyi. Setiap
kelompok diberi aba-aba oleh seorang pemimpin yang disebut
“Pangantaseng” .
Tarian
ini dinyanyikan oleh sekelompok orang dengan formasi utama menghadap
ke satu arah, yakni ke arah penonton sambil menari di tempat. Tarian
ini sangat mengedepankan pada seni menyanyi. Ada banyak nyanyian yang
dinyanyikan, di antaranya Bawowo, Kakalanto, dan Kakulumpang.
Lagu
yang dibawakan tidak melulu bercerita mengenai hubungan manusia dan
manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan dan alam
sekitar.Kesenian Masamper umumnya dibawakan dalam acara seperti
upacara adat, perayaan hari keagamaan, pesta pernikahan, dan hari
ulang tahun.
Pangantaseng
bertugas memeberikan aba aba kepada anggota anggota yang lain,
gerakan dan lagu apa yang dibawakan. Peserta Masamper wajib menguasai
banyak lagu masamper sekaligus karena kesenian ini dibawakan secara
estafet atau nonstop.
Masamper
biasanya dibawakan secara spontanitas dan sering berlangsung semalam
suntuk. Tidak ada satu lagupun yang diulang dalam menari masamper. Di
beberapa tempat, kesenian ini masih terpelihara dengan baik.
Banyak
event lokal yang dimeriahkan dengan atraksi menarik rentak tari dan
lagu Masamper. Terutama pada ulang tahun Kota ataupun pada Natal atau
Tahun baru. Ada semacam tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang,
yaitu berkunjung ke rumah-rumah yang dilakukan oleh kelompok kesenian
masamper. Di setiap rumah yang disinggahi, kelompok tersebut akan
membawakan setidaknya lima buah lagu Masamper.
Pagelaran
Masamper Massal dalam rangka memperingati HUT ke-62 RI pernah
memecahkan Rekor MURI. 20 Group Masamper yag berasal dari Sekitar
Wilayah Sangihe itu menyanyikan 2029 lagu.
TAMO, Kuliner
Tradisi Kepulauan Sangihe
Setelah
selesai diolah maka tamo siap di cetak dalam
sebuah cetakan dari bahan alami yaitu bulu.
Cetakan
tamo
1.
Konstruksi tamo
Tamo
memiliki unsur utama yaitu badan tamo, ditambah
asesoris pada badan tamo berupa udang (dimasa
lalu) dibagian dasar diletakan bermacam – macam makanan
khas sangihe.Pada mulanya dibagian pucuk tamo
diletakan telur yang melambangkan kehidupan baru (sesuai
dengan cerita manusia mula-mula dalam cerita
gumansalangi) Sesudah perang kemerdekaan maka symbol
telur diganti dengan bendera negara merah putih,
tahun 20006 tidak lagi menggunakan bendera pada
pucuk tetapi bunga atau telur.
Model
rancangan tmo karya Bpk. Yakob,imam mesjid Islam tua Kampung
Lenganeng dan tata rias oleh Alffian Walukow.
Musik Bambu
Tradisional Masyarakat Kepulauan Sangihe
Meski
dari kejauhan, namun alunan suara musik sudah terdengar merdu.
Lengking suling, berpadu dengan bunyi trompet serta sesekali
diselingi nada rendah dari bunyi bas sangat menggugah perasaan.
Sekilas terdengar seperti paduan musik militer, namun suaranya lebih
halus. Itulah musik bambu (tiup), khas masyarakat Kepulauan Sangihe
Talaud Sulawesi Utara.
Konon
masyarakat Sangihe Talaud telah mengenal musik bambu tradisional ini
sejak abad 1700-an. Semula sebagai alat hiburan bagi warga masyarakat
petani setelah seharian melakukan aktivitas sebagai petani yang
biasanya dibunyikan setelah selesai makan malam. Tapi saat ini,
dengan berbagai penyempurnaan, musik bambu telah menjadi musik
bergengsi untuk acara-acara tertentu termasuk untuk menyambut
tamu-tamu penting.
Salah
satu ciri khas dari musik bambu tradisional Sangihe Talaud adalah
semua peralatannya terbuat dari bambu.
Menurut
Aris Taasiringan, yang pernah memimpin grup musik bambu di desa
Moronge Talaud, bunyi dari peralatan dari bambu lebih halus dibanding
bunyi yang dihasilkan dari alat tiup terbuat dari logam. Selain itu,
dengan bahan bambu pembuatan alat tiup relatif lebih mudah sebab
dapat dikerjakan sendiri dengan peralatan sederhana.
“Dulu
model alat tiup sangat sederhana, tapi belakangan seiring dengan
kemajuan bentuknya peralatan dapat dibuat dengan model beraneka
ragam. Ada yang meniru bentuk trompet musik tentara, ada dibuat
melingkar-lingkar, tergantung kreasi masyarakat,” kata dia. Karena
itu dalam perlombaan, tidak hanya keindahan bunyinya yang dinilai,
tapi juga artistik peralatannya,” lanjut dia.
Komposisi
Peralatan
Biasanya
satu grup musik bambu tradisional terdiri dari beberapa alat tiup,
yakni, suling kecil, suling besar, korno nada tinggi (terdiri dari
tiga jenis yakni, re-mi-fa, do-si-la, dan korno sol).
Lalu
ada korno nada rendah yang terbagi sama dengan korno nada tinggi.
Korno berfungsi sebagai pengiring melodi yang dimainkan oleh suling
kecil, dan juga klarinet. Sedangkan suling besar yang mengikuti irama
suling kecil berfungsi sebagai penghalus nada sehingga terdengar
lembut.
Lalu,
ada trombone (sexaphone) “kontra bas” dan “bas” yang
dimainkan layaknya pada musik tiup pada umumnya. Paulus Londo
keindahan budaya
sangihe
TULUDE
atau MENULUDE berasal dari kata :Suhude yang berarti tolak Tulude
yang berarti hentar atau lepaskan Menulude berarti menghentar atau
melepaskan Maksud Acara Adat MENULUDE ialah Memuja / Memuji DUATA /
RUATA, Mengucap syukur atas perlindungan Genggonalangi, Memohon doa
agar kehidupan mendatang itu dilindungi oleh Genggonalangi.
Menulude
adalah salah satu upacara adat Sangihe yang dilaksanakan pada setiap
akhir bulan januari (31 Januari yang sekaligus merupakan Hari Ulang
Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe) untuk mensyukuri berkat Tuhan pada
tahun lampau dan memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal
hidup pada tahun baru. Dalam upacara ini perlu hadir sesepuh adat
atau Pemerintah bersama seluruh rakyat. Adapun tata upacara menulude
dimaksud adalah :
Upacara
penjemputan para sesepuh adat (Pemerintah) Mendangeng sake (Sastra
Daerah bermakna mempersilahkan tamu naik rumah adat) Menahulending
Benua dan Pemerintah (Doa restu dan mohonpengampunan) Sasalamate
(Syukuran dan pujian) Memoto Tamo (Pemotongan Kue Adat) Pesta rakyat
dengan menampilankan atraksi kesenian daerah.
Musik Oli
Musik
Oli merupakan musik tradisional Sangihe dan saat ini masih dimainkan
oleh masyarakat di Desa Manumpitaeng Kecamatan Manganitu. Musik ini
sering .
dipakai
untuk mengiringi Tari Lide.
Musik Oli terdiri dari 5 jenis alat
musik, yaitu Sasaheng, Oli, Arababu, dan Bandi (foto : Yayasan
Sampiri)
Musik
Bambu melulu merupakan kesenian yang sudah merakyat dan berkembang
disemua Kecamatan dan menjadi sajian yang menarik untuk dinikmati
oleh wisatawan. Adapun alat-alatnya
terdiri
dari : Suling (Suling kecil,sedang dan besar) Korno (korno sol-la,
mi-fa, si-do) Bambu tengah (mi-fa, so-la) Trambone (so-la, mi-fa)
Saksafon Trompet Bas Tambur Musik ini dapat membawakan semua lagu
dengan segala irama.
Tari Gunde
Tari
Gunde umunya diadakan pada saat upacara penyembahan dan menolakkan
bala yang dikenal dengan menahulending. Sehingga tari Gundeberfungsi
sebagai tarian pemujaan. Penarinya terdiri dari sekelompok orang yang
berjumlah 13 orang termasuk seorang pemimpin tari (pengataseng) .
dengan
diiringi oleh bunyi irama tabuhan tagonggong dengan menggunakan
beberapa jenis irama lagu(lagung) yaitu lagung bawine, lagung balang.
Lagung sasahola, lagung kakumbaede.Tari gunde diiringi oleh
Beberapa orang yang menabuh Tagonggong serta lagu sasambo dengan
menggunakan kain asli kofo yang dibuat dari serat pisang.
Tari Alabadiri
Tari
Alabadiri adalah tarian yang diciptakan oleh Raja DALERO seorang Raja
Tabukan saudara dari PANDIALANG pada abad ke 18. Pada saat itu
PANDIALANG menjadi seorang Jogugu di Sahabe, dan ia mencipakan Tari
Ransang Sahabe artinya .,
Tarian
dari Sahabe. Pada mulanya para penarinya adalah para pengawalnya
sendiri sehinggah tari ini adalah tari pengawal.
Tari ini
mempunyai 8 (delapan) gerakan tari yaitu :
Gerakan kulubalang
melambangkan kerukunan dan kerja sama rakyat dan pemerintah.
Gerakan
tokting melambangkan bahwa segala peraturan dapat ditaati dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Gerakan cincin melambangkan
tanda peringatan bahwa para pemimpin harus melaksanakan tugas
kewajiban dengan baik.
Gerakan pisau melambangkan rakyat bersumpah
bela nusa dan bangsa, serta memberi peringatan pada pemimpin yang
tidak jujur.
Gerakan kaliau di telinga melambangkan bahwa segala
perintah selalu didengar dan dilaksanakan
Gerakan kaliau di lutut
melambangkan bahwa Pemerintah dicintai rakyat.
Gerakan
Menari melambangkan kegembiraan masyarakat atas keberhasilan yang
dicapai .
Gerakan mengaemba melambangkan sukacita rakyat dengan
adanya pemerintah.
Tari Salo
Tari
Salo adalah Tarian yang menggambarkan kekesatriaan kepahlawanan serta
kejujuran, demi keadilan menyerahlah tubuh dan jiwa sampai titik
darah yang terakhir setia membela Pemerintah, Bangsa dan Negara.
Tarian ini sering ditarikan oleh .
(
masyarakat di Desa Salurang).
Reserved
by : Stevany Pandermol